18 November 2008

story part one : mengejar oksigen

perlahan kuusapkan tangan di dada. betapa pelik kisah ini. kisah aku dan sebuah penyakit tak tau malu. rasanya ingin kugapai oksigen-oksigen itu. hingga sesak ini berganti jadi nafas. nafas kehidupan yang entah berapa lama lagi dapat kurasa. Pagi itu matahari mencuat ke cakrawala. menebar pesona dengan mengobral terik sinarnya. Aku berjalan menyelusuri perkampungan yang sarat akan tanaman. Lama berjalan aku tak sadar, wajahku terpapar banyak sinar ultraviolet. Sesampainya di rumah kudapati lukisan itu lagi. Lukisan di wajahku. Lukisan yang selalu mengingatkan aku akan kesedihan. Air matapun mulai berebut keluar dari rongga mata. Ia meneleponku, terkasih yang ada di belahan bumi lainnya. Tak kuasa kugantung suaraku. Jiwaku berontak tak kuasa pertengahi pertikaian hati dan bibir. Ia bercerita tentang bahagianya, dan itu pun bahagiaku pasti. dan semakin tangis ini tertahan, suaraku seperti orang tercekik. Ya Allah aku inginkan ia bahagia, semuanya, semua semesta yang mengelilingi aku. Jikalau ini sudah takdirku, mudahkan lah dan bukalah jalanMu...sehingga nanti akan tersisa bahagia.

No comments: